Ada satu titik dalam sebuah hubungan ketika kita berhenti bertanya, "Apakah aku bahagia?" dan mulai bertanya, "Kenapa semua beban harus jatuh jatuh kepundakku?" Hubungan yang seharusnya saling menguatkan, perlahan berubah menjadi tempat aku menampung segala keluh-kesah, masalah, bahkan emosi yang seharusnya bukan tugasku untuk memikul.
Aku selalu berusaha ada. Aku mencoba menjadi tempat pulang, tempat cerita, tempat menenangkan saat dunia tidak memihak padanya. Tapi semakin lama aku sadar... Aku bukan pasangan, aku berubah menjadi penyangga emosinya.
Hubungan yang Tidak Seimbang
Dalam jurnal ini, aku ingin jujur pada diriku sendiri. Bahwa hubungan yang tidak seimbang akhirnya membuatku lelah. Bukan hanya secara batin, tapi juga secara mental.
Setiap kali dia terjatuh, aku yang harus mengangkat. Setiap kali dia punya masalah, aku yang harus menenangkan. Setiap kali dia datang dengan luka barunya, aku yang harus menampung, tanpa pernah dia bertanya apakah aku sedang rapuh juga.
Lama-lama aku merasa kehilangan diriku sendiri. Seperti berjalan diatas garis tipis antara "ingin pergi" dan "terlalu kasihan untuk meninggalkan".
Kasihan...Tapi Lelah
Ada rasa bersalah setiap kali aku ingin mundur. Seolah aku jahat jika memilih diriku sendiri. Seolah aku kejam kalau berhenti menjadi sandaran baginya.
Padahal aku pun manusia. Aku punya batas. Aku punya hari-hari ketika aku juga butuh ditenangkan, bukan hanya menenangkan.
Dan di titik inilah aku mulai menyadari: Hubungan yang sehat bukan tentang siapa yang paling kuat menahan beban, tapi siapa yang mau membagi beban itu bersama.
Ketika Ingin Pergi Tapi Hati Masih Berempati
Yang paling menyakitkan dari hubungan semacam ini adalah.... Ketika aku ingin berhenti, tapi empati manahanku. Aku takut dia runtuh kalau aku pergi. Aku takut dia merasa tidak punya siapa-siapa.
Tapi diantara kekuatan itu, muncul satu suara kecil di dalam hati: "Kalau kamu terus seperti ini, siapa yang akan menyelamatkan dirimu?"
Dan mungkin...mungkin sudah waktunya aku mulai memikirkan diriku sendiri.
Belajar Melepaskan Tanpa Merasa Bersalah
Melepas bukan berarti tidak peduli. Meninggalkan bukan berarti tidak sayang. Kadang, melepaskan adalah bentuk paling jujur dari cinta pada diri sendiri
Aku menulis ini sebagai pengingat: Bahwa tidak apa-apa untuk pergi dari hubungan yang membuatku tenggelam dalam beban yang bukan milikku. Tidak apa-apa untuk berhenti menjadi tempat pelarian seseorang, ketika dia sendiri tidak mau belajar berdiri.
Dan yang paling penting, tidak apa-apa memilih diriku dulu, kali ini.